Jumat, 28 November 2014
Kamis, 27 November 2014
Memanfaatkan google drive
Saat ini istilah online tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sehari-hari. Hampir semua kegiatan perkantoran dapat dibuat secara online, demikian pula kegiatan belajar mengajar. Bahkan pemerintahpun ingin membuat e-goverment. Melalui fasilitas blog atau website orang dapat saling tukar informasi.
Semenjak diperkenalkan cloud sebagai tempat penyimpanan data virtual, kegiatan online menjadi semakin bermakna dan praktis. Orang semakin tergantung pada internet. Beberapa perusahaan internet telah menyediakan fasilitas ini, misalnya dropbox, samsung, google, dll. Salah satuna akan kita bahas disini yaitu google. Google.com memberikan fasilitas penyimpan data virtual melalui docs.google.com. Kita dapat memiliki media penyimpan virtual otomatis dan gratis (google drive) setelah kita mendaftar email di google.com. Untuk memanfaatkan google drive kita dapat mengikuti langkah langkah sebagai berikut:
1. Masuk/login ke email kita di google.com
2. buka docs.google.com pada media peramban anda
3. Anda akan melihat tampilan docs.google.com, lalu lihat ke pojok kiri atas dan kliklah sehingga akan tampil sebagai berikut:
4. Anda dapat bekerja dengan membuat dokumen, spreadsheet, maupun slide.
Dokumen untuk keperluan penulisan naskah
spreadsheet untuk keperluan olah data dan
slide untuk keperluan pembuatan presentasi.
File-file tersebut akan disimpan secara otomatis beberapa detik kemudian.
5. Anda dapat mendownload hasil kerja anda menjadi format docs, xls, maupun pptx, untuk disimpan pada perangkat keras milik anda sendiri.
6. Anda dapat berbagi file dengan rekan anda dengan mengundangnya melalui share, yang ada di pojok kanan atas file anda. Pekerjaan Kelompok bisa dikerjakan tanpa janji ketemuan.
7. Asyiknya file anda bisa diakses melalui Hp android anda, sehingga dapat dikerjakan dimanapun lokasi anda. Asal ada sinyal
Selamat memanfaatkan fasilitas tersebut secara gratis
Rabu, 26 November 2014
Tumbuh bermula dari Irigasi
Irigasi
merupakan suatu sistem pemberian air pada lahan pertanian. Sebagai sistem
irigasi dapat dipecah menjadi input, proses dan output. Input dalam irigasi
dapat berupa waduk, bendung, rawa, dan sumur yang berfungsi sebagai pamasok
air. Sedangkan proses meliputi bagaimana air yang tersedia dibawa dari sumber
ke lahan pertanian, sedangkan outputnya adalah seberapa lama dan seberapa banyak
jumlah air yang sampai ke lahan pertanian.
Irigasi ditinjau dari segi sejarahnya telah dikenal sejak jaman mesir kuno,
maupun di jaman Mesopotamia sekitar 3000 SM. Di Indonesia kemungkinan sejarah
irigasi sudah dikenal sejak abad 5 M, tetapi bukan tidak mungkin sejarah irigasi
sudah dimulai jauh sebelum itu. Ingat penemuan situs gunung padang yang
berusia lebih dari 5000 tahun yang lalu.Irigasi yang baik memerlukan pengelolaan yang menyeluruh, mulai dari penciptaan,
cara pemeliharaan sumber, pemeliharaan saluran dan pemeliharaan lahan
pertanian, juga diperlukan pula langkah-langkah perluasan daerah irigasi. Dasawarsa
terakhir menunjukkan, laju kerusakan daerah irigasi lebih besar dari langkah
perbaikannya. Keadaan itu menunjukkan semakin lama banyak fihak tidak
memperdulikan ketersediaan lahan pertanian, mungkin disebabkan semakin
tersedianya akses makanan lain selain komoditas lokal yang selama ini ada,
berupa produk makanan impor.
Dampak pemberian irigasi pada suatu lahan pertanian membuat kawasan
tersebut lebih banyak menghasilkan bahan pangan pokok sehingga mendorong orang
untuk pindah ke kawasan tersebut. Adanya cadangan air yang lebih lama dari
daerah lain juga merupakan faktor lain yang menyebabkan orang berpindah tempat.
Peninggalan peninggalan kuno menunjukkan bahwa pusat-pusat penduduk dan
peradaban terdapat ditepian sungai. Ketersediaan pangan dan air menjadikan
kawasan pertanian berkembang menjadi kawasan pertumbuhan penduduk.
Selanjutnya pusat pertumbuhan penduduk tumbuh menjadi perkotaan dan
menggeser kawasan pertanian produktif. Keadaan ini adalah hal yang saat ini kita alami. Saat ini pergeseran dan kooptasi lahan pertanian senantiasa terjadi, bahkan
di beberapa daerah di P Jawa tidak dapat sepenuhnya dikendalikan. Alih fungsi
lahan pertanian harus dikendalikan. Bukankah sumber pangan kita berasal dari
lahan pertanian?. Penciptaan lahan pertanian baru mengandung resiko kegagalan
yang cukup besar. Rendahnya Return of Investment usaha-usaha pertanian tanaman pangan
telah mendorong alih fungsi lahan sawah diluar P Jawa menjadi lahan-lahan
perkebunan terutama menjadi lahan kelapa sawit. Fenomena ini perlu segera
disikapi dengan baik agar program swasembada pangan dapat di wujudkan.
Untuk menunjang keberhasilan swasembada pangan, kita harus merubah sistem pertanian tanaman pangan nasional. Pembangunan Sistem tanaman pertanian pangan sebaiknya perlu melibatkan pendekatan budaya, menggandeng perusahaan perusahaan, dan pembentukan corporate farming, hal ini perlu dilakukan mengingat pentingnya peningkatan produktifitas dan efektifitas penggunaan lahan pertanian tanaman pangan. Pendekatan budaya perlu diperhatikan dalam membangun irigasi, karena tidak semua suku memiliki budaya utama bertani tanaman pangan. Corporate Social Responsibility pihak perusahaan perlu diarahkan untuk tujuan penyelamatan lahan pertanian dari upaya-upaya
konversi menjadi lahan non pertanian tanaman pangan, karena tanggung jawab pemenuhan kebutuhan pangan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Implementasi mekanisasi
pertanian perlu segera dilakukan untuk menjamin adanya tenaga kerja
disektor pertanian di luar P Jawa.
Irigasi merupakan suatu sistem pemberian air pada lahan pertanian. Sebagai sistem irigasi dapat dipecah menjadi input, proses dan output. Input dalam irigasi dapat berupa waduk, bendung, rawa, dan sumur yang berfungsi sebagai pamasok air. Sedangkan proses meliputi bagaimana air yang tersedia dibawa dari sumber ke lahan pertanian, sedangkan outputnya adalah seberapa lama dan seberapa banyak jumlah air yang sampai ke lahan pertanian.
Irigasi ditinjau dari segi sejarahnya telah dikenal sejak jaman mesir kuno,
maupun di jaman Mesopotamia sekitar 3000 SM. Di Indonesia kemungkinan sejarah
irigasi sudah dikenal sejak abad 5 M, tetapi bukan tidak mungkin sejarah irigasi
sudah dimulai jauh sebelum itu. Ingat penemuan situs gunung padang yang
berusia lebih dari 5000 tahun yang lalu.Irigasi yang baik memerlukan pengelolaan yang menyeluruh, mulai dari penciptaan,
cara pemeliharaan sumber, pemeliharaan saluran dan pemeliharaan lahan
pertanian, juga diperlukan pula langkah-langkah perluasan daerah irigasi. Dasawarsa
terakhir menunjukkan, laju kerusakan daerah irigasi lebih besar dari langkah
perbaikannya. Keadaan itu menunjukkan semakin lama banyak fihak tidak
memperdulikan ketersediaan lahan pertanian, mungkin disebabkan semakin
tersedianya akses makanan lain selain komoditas lokal yang selama ini ada,
berupa produk makanan impor.
Dampak pemberian irigasi pada suatu lahan pertanian membuat kawasan
tersebut lebih banyak menghasilkan bahan pangan pokok sehingga mendorong orang
untuk pindah ke kawasan tersebut. Adanya cadangan air yang lebih lama dari
daerah lain juga merupakan faktor lain yang menyebabkan orang berpindah tempat.
Peninggalan peninggalan kuno menunjukkan bahwa pusat-pusat penduduk dan
peradaban terdapat ditepian sungai. Ketersediaan pangan dan air menjadikan
kawasan pertanian berkembang menjadi kawasan pertumbuhan penduduk.
Selanjutnya pusat pertumbuhan penduduk tumbuh menjadi perkotaan dan
menggeser kawasan pertanian produktif. Keadaan ini adalah hal yang saat ini kita alami. Saat ini pergeseran dan kooptasi lahan pertanian senantiasa terjadi, bahkan
di beberapa daerah di P Jawa tidak dapat sepenuhnya dikendalikan. Alih fungsi
lahan pertanian harus dikendalikan. Bukankah sumber pangan kita berasal dari
lahan pertanian?. Penciptaan lahan pertanian baru mengandung resiko kegagalan
yang cukup besar. Rendahnya Return of Investment usaha-usaha pertanian tanaman pangan
telah mendorong alih fungsi lahan sawah diluar P Jawa menjadi lahan-lahan
perkebunan terutama menjadi lahan kelapa sawit. Fenomena ini perlu segera
disikapi dengan baik agar program swasembada pangan dapat di wujudkan.
Untuk menunjang keberhasilan swasembada pangan, kita harus merubah sistem pertanian tanaman pangan nasional. Pembangunan Sistem tanaman pertanian pangan sebaiknya perlu melibatkan pendekatan budaya, menggandeng perusahaan perusahaan, dan pembentukan corporate farming, hal ini perlu dilakukan mengingat pentingnya peningkatan produktifitas dan efektifitas penggunaan lahan pertanian tanaman pangan. Pendekatan budaya perlu diperhatikan dalam membangun irigasi, karena tidak semua suku memiliki budaya utama bertani tanaman pangan. Corporate Social Responsibility pihak perusahaan perlu diarahkan untuk tujuan penyelamatan lahan pertanian dari upaya-upaya
konversi menjadi lahan non pertanian tanaman pangan, karena tanggung jawab pemenuhan kebutuhan pangan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah semata. Implementasi mekanisasi
pertanian perlu segera dilakukan untuk menjamin adanya tenaga kerja
disektor pertanian di luar P Jawa.
Pada akhirnya perlu kita tekankan bahwa program swasembada pangan perlu pendekatan pembangunan swasembada pangan lestari, yang melibatkan budaya, pemerintah dan lembaga swasta
Langganan:
Postingan (Atom)